Duhai istri sahku (Part 1)




Duhai istri sah

[Hai, mba istri sah. Bisa kita bertemu] kukirim pesan wa pada perempuan dengan foto propil bunga.

[Maaf, ini siapa?] jawaban kuterima.

[Pukul 11:00 siang. Cafe Roman besok]

[Maaf, tidak bisa. Saya tidak mengenal Anda]

[Ini tentang Galih Pambudi, lelaki kita]

[Baiklah] balasan darinya kuterima setelah setengah jam berlalu.

Kutahu dia pasti sangat terkejut, tapi itu bukan urusanku. Pertemuan besoklah yang harus kupikirkan. Bagaimana caranya si istri sah tersingkir, sungguh tak sabar menunggu hari berganti.

Cafe Roman, tempat elit yang terletak di tengah kota. Suasana cozy dan dekorasi mewah, kupilih tempat ini karena di sinilah pertama kalinya bertemu pria yang mengisi hari-hari hampir dua tahun. Dengan dandanan paripurna hasil dari salon mahal, memilih tempat duduk di pinggir depan dekat pintu masuk. Dua puluh menit menunggu, tampak seorang wanita berparas manis masuk. Memakai gamis ungu polos dengan kerudung berwarna senada. Hoho sudah siap jadi jendes ternyata.

Kutahu itu istri Mas Galih karena sering melihat fotonya di galeri handphone pria itu. Segera kulambaikan tangan ketika pandangan kami bertemu, berdiri menunggunya menghampiri.

"Silakan duduk," kataku tersenyum angkuh.

Kupandangi si istri sah lekat. "Hah, pantas Mas Galih mencari yang lain. Wanita ini tak bisa menjaga penampilan, sangat sederhana baik wajah maupun pakaian padahal suami kaya raya tak hebat di ranjang pula," batinku penuh kemenangan.

"Baiklah, langsung saja. Namaku Tyas, istri siri Mas Galih. Kami menjalin hubungan selama satu tahun dan telah menikah siri tujuh bulan yang lalu. Saat ini saya sedang mengandung lima belas minggu." Shock terapi kuberikan tanpa basa basi.

Wanita berkerudung lebar di depanku hanya menunduk dengan hidung terlihat memerah dan terdengar isak kecilnya. Ish, ish, ish kasihan.

"Sekarang katakan apa maumu?" tanyanya datar.

"Menjadi satu-satunya. Maka, menyingkirlah sebelum aku menabuh genderang perang dan yakinlah kau tak akan keluar sebagai pemenang." Aku tertawa mengejek.

Oh, lihatlah wajah menyedihkan si istri sah ini. Benar-benar bukan tandinganku, sangat mudah tak ada perang mulut atau jambak-jambakan seperti di sinetron. Wanita bodoh.

"Ah, baiklah. Aku meengajak bertemu untuk mengatakan itu semua dan Mas Galih tak mengetahui pertemuan kita. Jadi, kutunggu gugatan cerai darimu untuk lelaki tersayang kita," ucapku sambil mengeluarkan lima lembar kertas berwarna merah.

"Pesanlah apapun aku traktir. Maaf, tak bisa menemanimu karena aku sudah ada janji dengan suami bersama," ujarku dengan rona bahagia.

Berjalan keluar dengan angkuh tanpa melihatnya lagi, bahagia sekali hari ini. Si istri sah tak berkutik di depan istri siri. Kemenangan yang manis.

Temanggung, 29 juni 2019
Risma MamaQilla

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Duhai istri sahku (Part 1)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel