Duhai istri sahku (Part 7)




#Part_7
Rahasia Tyas

Part sebelumnya :
https://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/2514975531897656/?app=fbl&ref=m_notif&notif_t=group_comment&__tn__=R

Segera kududuk di pangkuannya dan bergelayut manja.

"Sayang, nanti sore jadwal periksa kandungan, bisa mengantar 'kan?" tanyaku manja.

"Siapp, apa kabar anak daddy di sini?" tanyanya seraya mengelus perut yang mulai membuncit.

Elusan pun terhenti oleh bunyi handphone yang terletak di atas meja. Terlihat nama Nilam kue talam si istri sah terpampang. Kuambil dan menggeser tombol hijau tak lupa meloudspeaker.

"Mas, sore ini pulang 'kan? Kumohon, Bapak dan Ibu datang sore ini."

"Tidak bisa Nilam sore ini jadwal periksa kandungan," jawabku cepat lalu mematikan sambungan telpon.

Tersenyum nakal sambil melihat suamiku dan bertanya, "Tidak marah 'kan?"

"Wanitaku bebas melakukan apapun," ujarnya seraya menjawil menjawil hidungku.

Ow ow ow lelaki ini sudah takluk di kakiku. Sekalian saja akan kubujuk dia untuk menceraikan Nilam karena kuyakin perempuan sederhana itu tak akan melakukannya.

"Apapun? Kalau begitu ceraikan Nilam, anak ini sebentar lagi lahir segera legalkan pernikahan kita. Jika Nilam tak mau menggugat kau saja yang melakukannya," bujukku penuh semangat.

"Alasan apa yang kuberikan pada orang tuaku?"

"Ck, kau ini bilang saja dia mandul. Kalian 'kan sudah menikah hampir tiga tahun dan Nilam belum hamil juga itu bisa dijadikan alasan," ujarku berapi-api.

"Hmmm ... baiklah, akan kuminta pengacara untuk mengurusnya."

Iyesss! Hatiku bersorak, walau ada nada sedikit ragu pada kalimatnya aku tak peduli. Shock terapi kedua untuk si istri sah. Tunggu serangan selanjutnya Nilam dan kuharap ada perlawanan darimu, tak mengasyikkan jika kau hanya diam saja.

Tak disangka kali ini dengan mudah Mas Galih mengatakan 'ya' saat aku membujuknya untuk menceraikan Nilam. Jika kemarin-kemarin harus dengan ancaman menggugurkan kandungan karena kutahu lelaki tampan ini sangat mendambakan keturunan, tapi tidak mudah memintanya menceraikan Nilam. Sekarang aku bisa bernapas lega. Galih Pambudi akan jadi milik Tyas seorang. Dendam masa lalu terbayarkan.

Makan malam sederhana tapi istimewa telah tersaji, semua kesukaan Mas Galih. Tumis ikan peda, sayur asem, ikan nila bakar, dan sambal terasi. Menunggu kedatangan sang arjuna di teras rumah, aku dikejutkan oleh bunyi handphone. Garis bibir terbentuk melihat nama yang tertera di layar.

"Hallo."

..........

Ya, kau tenang saja sebentar lagi semua akan selesai.

..........

Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Lagipula aku sudah berjanji 'kan."

Segera kumatikan telpon ketika kulihat mobil suamiku memasuki pekarangan rumah. Dengan langkah cepat ia menghampiriku lalu mendekap erat.

"Aku sangat membutuhkanmu Tyas," bisiknya.

"Bukakah selalu begitu," jawabku sambil melepas pelukan dan mengecupnya lembut.

"Ayo, Mas, aku telah menyiapkan makanan kesukaanmu." Kutarik tangannya mengikuti melangkah masuk ke rumah menuju ruang makan.

"Kau memang wanita idaman. Entah mengapa kita terlambat bertemu," ujarnya saat kuisi makanan ke piringnya.

"Tak ada yang terlambat dan sia-sia, Mas. Ayo, kita makan."

Mas Galih berinisiatif mencuci semua peralatan makan. Ah, lelaki ini sangat memanjakanku. Sambil menunggu aku mengambil fotonya dan mengirimkan kepada Nilam melalui pesan Whatsapp dengan caption 'Lihatlah lelaki kita, apa ia juga melakukan ini padamu? Ah, aku lupa bagaimana mungkin Mas Galih melakukannya sedangkan hampir 24 jam bersamaku. Oh, aku bersimpati untuk nasibmu Nilam.'

Kuklik tombol send dan berharap ia segera membacanya karena kulihat statusnya sedang online. Benar saja conteng biru dalam hitungan detik.

"Mas, aku ke kamar, ya," kataku sambil mengelus perut.

"Ya, istirahatlah, " sahutnya tanpa berbalik.

Melakukan ritual sebelum tidur, membersihkan muka, memakai parfum, mengoleskan lipstik berwarna natural, dan memakai lingerie yang sangat transparan. Entah kapan tanpa kusadari Mas Galih telah berdiri di belakangku, memeluk dengan menumpukan wajahnya di bahuku.

"Talak satu telah kujatuhkan pada Nilam," ujarnya pelan.

"Mas! Benarkah?!" tanyaku terkejut sambil membalikkan badan.

"Hmmm ...," gumamnya.

"Arghh, Mas, aku senang sekali!" teriakku sambil melompat memeluknya.

"Kau puas?" tanyanya menggendongku.

"Apa perlu kujawab pertanyaan itu?" jawabku dengan mengalungkan kedua lengan di lehernya.

"Kurasa aku akan memberimu hadiah malam ini," bisikku nakal di telinganya.

Ahh, tak bisa kugambarkan perasaanku sekarang. Tak akan kuceritakan pada kalian apa yang terjadi selanjutnya karena malam ini seorang Tyas sedang merayakan keberhasilan.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Duhai istri sahku (Part 7)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel