Tolong Ceraikan Aku ! (Part 6)




#Tolong_Ceraikan_Aku!
Part 6

Nafsu makanku menurun drastis akhir-akhir ini, masalah yang terjadi antara aku dan suamiku cukup menganggu fikiranku. Ingin aku lupakan, tapi ternyata tidak semudah itu melakukannya. Memang benar yang mereka bilang, memaafkan bukan berarti engkau serta merta bisa melupakan apa yang terjadi.

Banyak yang aku pelajari belakangan ini, termasuk tentang perceraian. Ada banyak hal yang harus aku fikirkan kalaupun aku harus mengambil langkah itu, minimal aku mempersiapkan diri pula untuk segala resikonya.

Aku tahu benar bahwa perceraian sangat dibenci oleh Allah apalagi tanpa alasan syar’i. Aku pun mempelajari ulang tentang apa saja syarat syar’i untuk bisa mengajukan perceraian dalam Islam.

Tapi...aku tidak ingin menyerah saat ini, setidaknya aku coba dulu untuk memperbaiki semuanya. Bisa jadi ada salahku disini, mungkin aku yang memang tidak mampu menjadi istri yang baik bagi suamiku.

Kubuka gawaiku, mencoba melihat berapa saldo yang tersisa di tabunganku. Hmmm...masih cukup, rasanya bolehlah kalau aku ambil sedikit untuk memperbaiki diri. Seperti nya wajah ini butuh di rawat agar tidak terlihat kusam, pun tubuh ini rasanya harus kembali ke bentuk ideal seperti dulu seperti saat sebelum melahirkan..

Kupasang target, one by one. Apa saja yang perlu aku perbaiki dan darimana aku memulai.

Setelah cukup lama menimbang, akhirnya aku putuskan stepnya sebagai berikut :
1. Membiasakan diri dirumah untuk memakai homeydress atau atasan dan rok (sementara daster-dasternya di simpen dulu deh..)
2. Diet, mencoba cara alami dulu dengan mengurangi asupan karbo atau mencari alternatif supplement penurun berat badan yang aman di konsumsi. Targetnya harus turun minimal 5kg. Dulu berat badanku 48kg sebelum melahirkan, dan sekarang sudah sekitar 56kg.
3. Mencerahkan wajah, ya minimal wajah kelihatan segar dan terawat. Cantik ga selalu harus putih kan?pikirku dalam hati.

Kubuka lemariku, kupilah-pilah mana baju yang sekarang akan aku pakai bila sedang dirumah atau saat menyambut suamiku saat pulang kerja.

Hari ini aku coba mempraktekkannya, sepulang kerja setelah melaksanakan semua kewajibanku, segera aku mencuci muka ku, mengoleskan pelembab ke wajah, lipstick tipis, sedikit concelear di bawah mata untuk menyamarkan kantung mata yang hitam, serta sedikit sapuan bedak di wajah.
Kudengar suara motor suamiku datang, bergegas aku menyambutnya.

Kubuka pintu dan tersenyum semanis mungkin yang aku bisa untuk menyambutnya. Kucium punggung tangannya dan tak lupa ia pun mengecup keningku.
“Sikecil sudah tidur? Tanyanya.
“Sudah”jawabku
“Hari ini istriku beda, gak kayak biasanya.”ucapnya sambil tersenyum
“Iya donk, nyenengin suami kan juga pahala.. Maaf kan istrimu ini ya yang gak selalu bisa menyenangkan ketika di pandang”ucapku seraya menunduk.
“Aku tahu istriku sibuk, aku tidak menuntut banyak. Mungkin memang sulit untuk selalu tampil cantik saat aku pulang kerja, apalagi dengan kesibukan sebagai ibu baru. Minimal kelihatan rapi, itu aja udah cukup” ucapnya seraya memandangku
Dan aku tersenyum.

Diet pun aku mulai, aku mengurangi porsi makanku hingga terkesan aku sama sekali tidak makan di rumah. Bagaimana tidak? Aku hanya makan saat siang hari. Jadi di pagi dan malam hari aku hanya menemani suamiku makan, namun tidak ikut makan bersamanya.

Suamiku mulai protes, tidak enak di lihat ibunya bila aku tidak makan dirumah sama sekali. Memang, setelah melahirkan aku tidak lagi memasak. Bekerja dari pagi sampai sore, lalu pulang dan bermain serta menjaga si kecil, di tambah dengan pekerjaan lain yang sebenarnya juga tidak terlalu banyak, hanya mencuci piring dan mencuci baju saja.

Aku memang tidak memasak lagi. Setiap pagi aku merasa lelah sekali, sehingga bila kupaksakan masak entah macam apa rasa masakanku saat itu. Untungnya Imertuaku mengerti, ia tak keberatan bila ia yang harus memasak, mengingat kami tinggal bersama, berbagi tugas, begitu katanya.
Namun aku tetap berusaha membantu sebisaku, entah mencuci piring, entah hanya sekedar memotong-motong bahan masakan, menyapu dan juga menyiapkan bekal untuk suamiku.

Untuk urusan menjaga si kecil, dulu aku mempercayakan pada saudara ibu yang tinggal di dekat rumah. Karena aku ingin beliau yang datang kerumah mertuaku, kasihan bila mertuaku tidak melihat cucunya.

Saat Akbar kecil sudah mulai besar, mertuaku mulai protes. Ia meminta agar Akbar di jaga olehnya saja, karena sudah tidak banyak menggendong, begitu katanya. Padahal aku tidak ingin beliau kecapekan karena menjaga Akbar kecil. Namun, ia justru malu bila orang bilang kenapa harus di momong orang lain bila mbah nya masih segar bugar dan bisa piknik kesana kemari.

Baiklah, aku mengalah. Ku biarkan Akbar di asuh oleh mertuaku.

Kembali pada diet yang aku lakukan, akhirnya setelah di protes oleh suamiku, aku mengganti metode nya. Aku tetap sarapan pagi bersama suamiku, tidak makan siang, dan untuk malam hari bila kuat aku tidak makan malam, tapi bila tidak kuat ya aku makan malam.

Dietku mulai menampakkan hasil, sudah banyak baju ku yang longgar.

Bahkan tetangga dan saudara pun sudah mulai bertanya diet apa yang aku lakukan agar badanku bisa kembali seperti dulu. Aku tersenyum dan menjawab kalau aku mengurangi porsi makanku.

Padahal sebelumnya akupun telah melakukan bermacam pola diet dan tidak berhasil. Setelah aku fikir-fikir mungkin benar apa yang orang bilang, ngenes(baca : tersiksa batin) bisa bikin berat badan turun drastis. Aku senyum-senyum sendiri melihatnya.

Suamiku mulai berubah, ia mulai peduli. Ia suka mengajakku piknik, padahal dulu dia jarang mau libur kerja. Maklumlah, perkerjaan nya sebagai QC memaksanya untuk selalu masuk kerja bahkan pada hari libur sekalipun. Apalagi atasannya juga galak dan suka mengancam untuk tidak segan-segan cut off para karyawan yang tidak mau lembur.

Aku bahagia dengan perubahan ini, tapi..kenapa kadang aku masih khawatir kalau suamiku masih macam-macam di luar sana? Wajarkah perasaan ini ataukah aku yang terlalu berlebihan?

Aku sudah jarang mebuka gawai suamiku, sampai suatu hari aku iseng membukanya lagi.

Aku scroll percakapan demi percakapan, tidak ada kontak atau chat yang aneh. Tapi, aku masih kepo dengan grupnya, grup yang sama dengan wanita itu.

Kira-kira apa suami Keyla masih selingkuh?

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tolong Ceraikan Aku ! (Part 6)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel