Duhai istri sahku (Part 4)




Duhai Istri Sah

#Duhai_istri_sah_part4
Eksistensi Tyas

"Ke kantor Bapak," perintahku pada Pak Udin, sopir pribadi kami sesaat setelah masuk ke mobil mewah hadiah pernikahan dari Mas Galih. Kuputuskan menjemputnya ke kantor. Saatnya menunjukan eksistensi diri setelah hampir dua tahun hanya disembunyikan.

[Sayang, on de we ke kantor] pesan wa kukirim pada lelaki tampan pemilik hati dan raga.

[Can hardly wait] balasnya disertai emot cium dan peluk berbaris-baris. Ah, lelakiku ini selalu romantis dan penuh cinta.

Hampir satu jam perjalanan sampailah pada sebuah gedung perkantoran. Oh, lihat diriku masih baik-baik saja 'kan. Buat yang sumpahin seorang Tyas Pambudi bakal kelindes gajah, nabrak pohon cabe, nyungsep di got. Ish ish ish tidak semudah itu Waluyo.

"Payung, Pak Udin." Menunggu Pak Udin membukakan pintu, aku membenahi sedikit dandanan. Keluar mobil dengan dipayungi lelaki paruh baya ini, kumelangkah memasuki gedung kantor untuk pertama kalinya.

"Selamat siang. Maaf, Ibu, ada keperluan apa?" tanya pegawai resepsionis ramah.

"Menemui Bapak Galih Pambudi."

"Sudah membuat janji?' tanyanya lagi tetap dengan senyum tersungging.

Memutar bola mata jengah sambil mendengkus kutelpon Mas Galih. Malas bertanya jawab panjang lebar dengan pegawai
seperti ini.

"Mas, di lobby ini." Tanpa menunggu jawaban segera kumatikan panggilan telpon.

Tak lama telpon di meja resepsionis berbunyi dan kudengar dia menjawab, "Baik, Pak."

"Maaf, Ibu, silakan. Bapak Galih di lantai 12."

"Rekam baik-baik wajah cantik ini dalam memorimu. Saya Tyas Pambudi, istri Galih Pambudi, direktur Velos Corp."

Masih kulihat wajah terkejut dan bisik-bisik teman di sebelahnya ketika berjalan menuju lift yang akan mengantar ke lantai 12. Aku tak peduli demi bayi yang ada di dalam kandungan akan kulakukan apapun untuk mendapat pengakuan.
Seluruh orang di kantor ini harus tahu bahwa sekarang akulah nyonya direktur. Lift yang bergerak naik telah sampai di lantai 12. Terlihat hanya ada tiga ruangan di sana. Seorang wanita cantik ke luar dari salah satu ruangan dengan senyum manis tersungging.

"Silakan, Ibu, sudah ditunggu."

"Terima kasih."

Mengetuk pintu dua kali kubuka pintu ruangan Mas Galih. Tampak dia sedang duduk di balik meja besarnya tersenyum lebar. Ruangan yang sangat besar, satu set sofa cantik berwarna hijau di tengah ruangan. Alat pembuat kopi di sudut ruangan, lantai yang dilapisi karpet tebal. Ini kali pertama datang ke kantornya. Segera kududuk di pangkuannya dan bergela

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Duhai istri sahku (Part 4)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel