Tolong Ceraikan Aku ! (Part 10)




#Tolong_Ceraikan_Aku!
Part 10

Hampir 4 bulan berlalu, namun hati ini masih tak tenang. Naluri sebagai wanita masih berkata bahwa pria yang kini jadi suamiku ini masih diam-diam menghubungi Fia.
Aku tak bisa terus begini, terdiam tanpa kepastian sungguh tidak menyenangkan.

Harus aku buktikan dengan mata kepalaku sendiri, apakah suamiku benar-benar berubah ataupun tidak, deadline 6 bulan sudah hampir tiba.
Setidaknya, bila suamiku benar-benar berubah, aku harus bisa berdamai dengan perasaanku sendiri.

***
Seperti biasa, aku menyambut suamiku pulang, di depan pintu dengan tersenyum manis dan tanpa daster lagi, ya...sebuah blouse rumahan dan rok yang aku pilih, tak lupa sebuah kerudung instant syar’i. Karena suami bilang suka sekali melihatku memakai kerudung lebar.

Kami berbincang di ruang keluarga, si kecil sudah tertidur lelap di samping kami. Sengaja aku tidurkan si kecil di ruang keluarga, agar kami tak kesulitan memantaunya. Nanti akan aku pindahkan ke kamar, bila kami semua sudah mengantuk.

“Yang, sepertinya setelah ini aku akan pulang malam terus.”kata suamiku.
“Kenapa? Ada perubahan kah?”tanyaku.
“Sepertinya aku akan di pindahkan ke divisi lain, yang mana aku harus bekerja 16jam per hari, tapi kabar baiknya aku bisa libur di tanggal merah dan hari libur. Tidak di divisi yang sekarang yang menuntut ku selalu masuk kerja meski hari minggu.”penjelasannya padaku.
Aku terdiam sejenak, memikirkan..bila suamiku pulangnya larut malam, akan jarang ada quality time di antara kami. Quality time hanya bisa terjadi di hari minggu dan tanggal merah saja. Tapi..aku juga kasihan bila suamiku selalu masuk di hari minggu.
“Terserah Mas saja baiknya gimana, aku ngikut.”jawabku pada akhirnya.

Dan benar saja, suamiku mulai bekerja 16jam mulai minggu depannya.

Ku atur strategi baik-baik, aku mungkin memang akan menggunakan cara klasik untuk membuntuti suamiku, kalau sewa detektif rasanya saldo tabunganku tidak cukup, pun terlalu mahal tentunya.

Kuhubungi seorang teman baik, yang rumahnya di dekat rumah orangtuaku. Tidak aku ceritakan apa yang terjadi, dia cukup mengenalku dengan baik sehingga dia tahu pasti ini privasi.

Ku atur jadwal, mertuaku free di hari senin dan selasa, itu artinya aku bisa pulang telat. Kupinjam motor temanku, lengkap dengan helm dan jaket. Agar penyamaranku tidak di ketahui tentunya. 
Aku perlu bermain secantik mungkin sampai ada bukti valid atas apa yang sebenarnya terjadi.
Hari yang di nanti pun tiba, sepulang kerja aku langsung mampir kerumah temanku. Kutinggalkan motor, helm dan jaketku disana. Oh, untunglah motornya punya bagasi yang ckup luas, jadi aku bisa menyimpan tasku di dalamnya., kan gak lucu kalau ketahuan cuma gara-gara tas.

Aku sudah sampai di depan pabrik suamiku, sebelumnya ia selalu keluar pabrik jam 7 malam.

Hatiku dag dig duer tak menentu, ahh..kenapa gini rasanya?
ku amati satu persatu karyawan yang keluar, berharap salah satunya adalah suamiku.

Kulihat motor itu, yaa...motor suamiku,
ternyata ia tidak lembur 16jam seperti yang ia sampaikan?

Kuhela nafas dalam, mencoba menenangkan diri, sambil terus mengikuti. Berusaha tidak membuat kesalahan agar keberadaanku tidak mencurigakan.

Oh iya, aku juga menonaktifkan gawaiku, kugunakan gawai baru yang sudah aku atur sebelumnya. Aku pun mengunduh facebook di gawaiku dan add pertemanan dengan suamiku, tujuannya satu, agar aku bisa tahu dimana posisinya, bukankah akan muncul notifikasi teman di sekitar saat berdekatan. Tapi aku tentu saja sudah mematikan notifikasi di gawai suamiku agar semua berjlan lancar
.
Ahh.. aku tahu jalan ini, ini jalan menuju taman yang dulu mereka bertemu.

Kulihat Fia di kejauhan, ia membawa serta anaknya, dua gadis mungil yang lucu. Mereka tak berdosa, kenapa harus terlibat seperti ini. Ku amati Fia dari atas hingga bawah. Cantik memang, ia bertubuh tinggi, memang suamiku mengharapkan istri yang berbadan tinggi, bukan seperti aku yang pendek.

Kuhela nafas lagi, mencoba menetralkan diri agar tak di kuasai api cemburu.

Kuambil jarak yang lebih dekat dengan tetap berhati-hati, ku keluarkan gawaiku dan mengambil beberapa foto. Foto motornya di taman itu, foto Fia dan anaknya juga termasuk foto mereka yang berdekatan.

Sekarang, aku hanya perlu menguping. Karena aku juga harus tahu kemana arah pembicaraan mereka. Mereka berbincang biasa, tidak begitu mesra, tidak intim. Mungkin karena ada anak-anak di samping mereka.

Aku memutuskan untuk pulang, aku juga butuh waktu untuk menenangkan diri.

“Baiklah Key, sebaiknya siapkan semuanya dari sekarang. 2bulan cukup untuk menguatkan dirimu atas apa yang harus terjadi dengan pernikahanmu”ucapku dalam hati.
Kupacu motorku, kukembalikan motorku kerumah temanku dengan segala atributnya. Ada banyak pertanyaan temanku, ia memberondongku dengan berbagai pertanyaan..

“Are you okay Key? Ceritalah...we are a best friend, aku siap mendengar semuanya”ucapnya.
“I will tell you, but not now.. this is too complicated”jawabku singkat
“Oke, aku siap mendengarnya kapan saja kamu mau cerita. Keep strong Key”ucapnya menguatkanku.

Aku kembali kerumahku, ku lirik jam dinding, masih ada waktu.. masih lama menuju jam pulang suamiku.

Entah antara aku sudah tahu hal ini akan terjadi, ataukah memang perasaanku sudah hampa atau memang aku sudah muak, aku bahkan sudah tak menangis lagi mengetahui ini semua.

Kubuka laptopku, aku copy foto-foto yang tadi aku dapat. Aku perlu membuat duplikat file ini, bisa aja file ini tiba-tiba ketahuan dan di hapus.

Done.

Aku menghela nafas, tidak mudah bersikap biasa saja terhadap seseorang yang sudah jelas-jelas ketahuan selingkuh. Tapi aku gak boleh seperti anak kecil, aku harus bisa mengendalikan diriku. Kuambil wudlu, aku shalat Isya dulu sekalian mengaji agar hati ini tenang.

“Ya Allah, jika perselingkuhan adalah alasan syar’i untukku berpisah dengan suamiku, maka mudahkanlah tiap prosesnya, dan izinkan aku ikhlas kehilangan dia yang sudah beberapa tahun ini menemaniku” doaku malam ini.

Ahh...air mataku akhirnya jatuh juga.
Buru-buru ku usap air mataku, sebentar lagi suamiku pulang.

***

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tolong Ceraikan Aku ! (Part 10)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel