Tolong Ceraikan Aku ! (Part 14)




#Tolong_Ceraikan_Aku!
Part 14

POV Fia
Sial, rutukku dalam hati. Aku tidak percaya kalau Doni melakukan ini ke aku. Doni memang memiliki kakak yang memiliki pondok pesantren. Pantas saja dia ingin menitipkan aku disana, untuk perbaikan karakter katanya.

Ahh...

Aku tidak menyangka jika kebiasaanku justru jadi bumerang untuk diriku sendiri. Untuk kalian tahu saja, aku tidak benar-benar menyukai para laki-laki itu. Aku hanya menikmati perhatian dari mereka.

Aku kurang kasih sayang?
Ya..jelas saja, suamiku kerja double. Ia bekerja di pabrik dari pagi hingga sore hari, lalu di lanjut menjadi ojek online hingga pulang tengah malam. Memang sih, income nya cukup besar. Sangat meng-cover kebutuhan sehari-hari, bahkan berlebih. Tapi aku? Aku tidak pernah di perhatikan, mungkin aku hanya sebatas wanita yang di temuinya ketika malam datang, jarang sekali kami berbincang, jarang pula ia libur dari ojek online nya itu.

Doni bilang, ini semua demi masa depan dua buah hati kami, agar di kemudian hari tidak hidup susah, supaya bisa kuliah dan dapat gelar yang bagus.

Aku tidak lagi bekerja setelah melahirkan anak kedua, Doni yang memintaku stay di rumah, sebagai gantinya akan di cukupi semua kebutuhanku. Dia bekerja pagi,siang,sore,malam demi itu.

Tapi sebagai wanita, aku tidak hanya butuh uang. Aku juga butuh perhatian, quality time dan juga sosok pria agar aku tidak kesepian. Dan pria-pria itu hadir memberi semuanya. Perhatian, kasih sayang, perasaan di cintai dan di butuhkan.

Tidak sulit bagiku mendapat perhatian dari pria. Aku memiliki tubuh tinggi dan cukup sintal, dengan mata sipit dan kulit putih, meskipun aku berkacamata tapi tentu saja itu tidak mengurangi pesonaku.

Banyak yang menggoda, tapi tidak semua aku tanggapi. Aku juga masih pilih-pilih. Lalu Fairuz datang, seorang kawan lama. Dia tidak ganteng tapi bisa membuatku nyaman, tutur kata nya sangat halus, sangat lembut sehingga membuatku nyaman berkomunikasi dengannya baik di whatsapp, telephone atau video call.

Bagaimana dengan istri Fairuz?
Ahh..aku tak peduli dengan wanita itu. Dia memang pernah chat aku meminta untuk menjauhi suaminya. Aku iya-kan saja, toh kami bisa tetap bermain cantik di belakang istri Fairus itu.

Hubungan kami gak terlalu jauh kok, kami gak sampai melakukan hal-hal di luar kewajaran misalnya hubungan suami istri. Oh No..aku tentu saja tidak melakukan itu. Kami hanya sekedar chat sayang-sayang an, ketemuan, ngobrol-ngobrol. Fairuz berjanji ia akan menemaniku setiap malam di taman, menemaniku mengajak anak-anakku bermain di taman itu. Aku merasa menemukan sosok suami pengganti. Minimal untuk sehari-hari, ada yang menemani.

Aku mencintai suamiku, aku akan tetap mematuhi apapun yang ia perintahkan. Ucapan cerai yang terlontar dariku, itu hanya untuk menggertaknya saja. Aku ingin dia ada waktu untukku. Kebahagiaan tidak selau tentang materi. Aku juga butuh dia di sisiku, seimbangkanlah, hanya itu pintaku.

Berbicara pada Doni juga percuma, ia selalu bersikukuh karena takut usianya sudah banyak dan tak mampu lagi bekerja yang pada akhirnya tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup kami.

Mengingat akan tinggal di pesantren, rasanya aku tidak kuat. Disana pasti sangat ketat, aku tak bisa lagi ber-haha-hihi dengan kawan-kawanku.

Fairuz, ini semua gara-gara Fairuz, harusnya dia bisa menjaga istrinya agar tidak melakukan ini.
Kuambil gawaiku, aku telephone Fairuz..
Tuutt..tuttt..
Ahh, dia tidak bisa di hubungi, jangan-jangan dia menghindar dariku.

“Awas kamu ya Fairuz, se-enaknya saja kamu buat hidupku berantakan”rutuk Fia kesal

***

POV Fairuz(2)

Aku masih memandangi foto keluarga kecilku. Aku, Keyla dan Akbar.

Aku masih tidak percaya kalau Keyla berani mengajukan cerai kepadaku, wanita yang aku kenal sangat patuh itu, sekarang rupanya hendak berontak.

Aku tidak ingin kehilangan Keyla, aku sungguh menyesal telah menyakiti hatinya. Aku menyesal telah mengkhianatinya. Aku sedang memutar otak, agar aku tidak kehilangan Keyla-ku.

Ahh...bodohnya aku. Kenapa aku harus iseng mengejar Fia sih..

Aku terlalu naif, aku termakan egoku. Harusnya aku tak perlu penasaran dengan Fia. Harusnya aku abaikan saja teman-temanku yang berlomba mendapatkan Fia. Aku memang menang dan berhasil mendekati Fia, ia pun meresponku dengan sangat baik. Tapi aku justru kalah dalam rumah tanggaku sendiri. Aku mengorbankan rumah tanggaku hanya demi kesenangan sesaat.

Sesaat aku memang sempat terpesona dengan Fia. Dulu, aku menginginkan istri yang bertubuh tinggi, tidak pendek seperti Keyla. Dan bersamanya aku merasa di butuhkan, ia rapuh,manja dan butuh kasih sayang. Sosok yang berbeda terbalik dengan Keyla. Keyla memang melankolis, tapi dia sanggup menghadapi semuanya sendiri. Baginya ada atau tidak ada aku , bukan sebuah masalah besar. Sebagai istri, satu-satunya yang dia butuhkan adalah izinku.
Semenjak kejadian itu, Keyla ku jadi datar. Ia lebih banyak diam. Dan itu sangat menyiksaku, membuatku makin merasa bersalah.

Kadang aku juga tak mengerti dengan pola fikir Keyla. Ia selalu saja menyebutku selingkuh. Rasanya gak separah itu deh kesalahanku. Aku Cuma bermesraan dengan Fia di whatsapp dan menemuinya. Kami tidak berpelukan, tidak berciuman, tidak pula melakukan hubungan intim. Hanya emoticon kami saja yang kadang berlebihan.

Aku sudah mem-blokir Fia, aku sudah tidak ingin menghadirkan dia dalam kehidupan rumahtanggaku, bagiku cukup sampai disini saja petualanganku. Rasa nyaman memiliki wanita yang sepenuhnya bergantung padaku itu, justru membuat diriku yang hancur berantakan.

Peyesalan memang selalu datang terlambat, aku baru sadar arti pentingnya Keyla di hidupku, justru saat aku bermain-main dengan wanita lain.

Tidak..aku tidak bisa kehilangan Keyla ku.

Aku akan melakukan apapun untuk membujuknya, agar ia tidak mengajukan khulu’. Agar rumah tangga kami baik-baik saja. Harus ku akui, aku butuh Keyla untuk melengkapiku.

***

POV Doni

Seorang wanita mengajakku bertemu, entah siapa dia. Karena penasaran, aku datangi saja dia. Ku lihat wanita itu, wanita dengan kerudung lebar, dengan wajah yang selalu menunduk ke bawah.

Ia sodorkan sebuah photobook, dan tentu saja aku kaget dengan isi di dalamnya. Rupanya Fia berulah lagi, mungkin suami wanita ini adalah korbannya.

Dia adalah wanita ketiga yang menghubungiku, sebelumnya sudah ada dua wanita yang juga mengadukan hal serupa.
Sesekali aku memandang wanita di hadapanku, wanita yang cantik, santun dan sopan.

Ahh,,kenapa suaminya harus melirik Fia ya.. Wanita ini sangat teduh di pandang, akupun juga ingin Fia seperti itu.

Ada saran dari wanita ini yang membuatku terharu. Ia menyarankan agar aku mengirimkan Fia ke pesantren. Aku jadi ingat kakakku, ia memiliki pondok pesantren. Menitipkan Fia disana rasanya adalah ide yang baik. Untuk sementara, anak-anak akan aku titipkan pada orangtuaku, mengenai alasannya apa, aku fikirkan saja nanti.

Aku sangat merasa bersalah pada wanita ini, ia menjadi korban atas kesepiannya Fia.

Pada dasarnya aku bukan orang yang suka marah, tapi kali ini aku harus marah pada Fia. Ini semata-mata untuk memaksanya agar bersedia di didik di pesantren.

Fia..Fia..

Aku mungkin mengabaikanmu, tidak memberimu perhatian. Tapi mengertikah engkau, ini semua demi masa depan anak-anak kita.

Aku di besarkan di keluarga yang serba kesusahan, bahkan untuk sekolah saja aku tidak bisa membayar. Aku tidak ingin anak-anak mengalami hal serupa.

Andai saja engkau tahu, akupun ingin banyak menghabiskan waktu denganmu, aku pun ingin memberimu perhatian, tapi engkau kan tidak tahu seberapa lama lagi umurku.

Maaf Fia, saran dari wanita itu akan aku ambil. Ada baiknya engkau berbenah, agar engkau tidak menganggu pria-pria beristri itu. Agar engkau tahu sulitnya hidup.

Fia adalah putri tunggal, sangat wajar ia manja dan bergantung, aku yang salah sebagai suami tidak bisa memberikan kenyamanan padanya. Aku yang salah tidak bisa membagi waktu ku. Tapi Fia, pundi-pundi tabungan ini untukmu, siapa tahu aku pergi lebih cepat, agar engkau tidak kesusahan setelahnya.

Maafkan keterbasanku Fia, tapi aku tetap seorang suami yang sangat mencintaimu. Aku tidak ingin engkau seperti ini terus. Semoga masih ada waktu untuk berbenah.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tolong Ceraikan Aku ! (Part 14)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel